THEORY OF REASONED ACTIONS
A.
Pengertian TRA
Theory Reasoned Action pertama kali
dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini menggunakan
pendekatan kognitif, dan disertai ide bahwa ...”humans are reasonable animals
who, in deciding what action to take sistematically process and utilize the
information available to them”.... (Fishbein & Ajzen , 1980; Fishbein &
Middlestadt, 1989). Teori ini menghubungkan keyakinan (beliefs), sikap
(attitude), kehendak/niat/intensi (intentions), dan perilaku (behavior).
Teori ini disusun menggunakan asumsi
dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang sadar dan mempertimbangkan
segala informasi yang tersedia. Dalam TRA ini, Ajzen (1980) menyatakan bahwa
niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau
tidak dilakukannya perilaku tersebut. Ajzen mengemukakan bahwa niat melakukan
atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang
pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang lain
berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms).
Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat
untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA ini
dengan keyakinan (beliefs).
B.
Komponen Umum dalam TRA
Tiga komponen umum dalam TRA :
- Behavior Belief
Mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu
, disini seseorang akan mempertimbangkan untung rugi perilaku tersebut (Outcome
Of The Behavior), disamping itu juga dipertimbangkan pentingnya
konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu bila ia melakukan
perilaku tersebut.
- Normative Belief
Mencerminkan
dampak keyakinan normatif, disini mencerminkan dampak dari norma subyektif da
norma sosial yang mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang
dipikirkan orang-orang yang dianggap penting oleh individu dan motivasi
seseorang untuk mengikuti perilaku tersebut.
- Attitude towards the behavior
Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap
dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. (Petty, cocopio, 1986 dalam Azwar
S., 2000 : 6).
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Soekidjo Notoatmojo,
1997 : 130).
Sikap adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang
disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi (Heri Purwanto,
1998 :62).
a. Komponen Sikap
Struktur sikap terdiri atas 3
komponen yang saling menunjang yaitu (Azwar S., 2000 : 23):
1) Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan
stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan
(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.
2) Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif
disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan
berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu
dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah
logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam bentuk
tendensi perilaku.
b. Tingkatan Sikap
Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Soekidjo
Notoatmojo,1996 :132):
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan
suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan.
Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide
tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
sikap tingkat tiga, misalnya seorang mengajak ibu yang lain (tetangga,
saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang
gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap
gizi anak.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.
Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan
dari mertua atau orang tuanya sendiri.
c. Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif
dan dapat pula bersifat negatif (Heri Purwanto, 1998 : 63):
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan obyek tertentu.
2) Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu.
d. Ciri – Ciri Sikap
Ciri-ciri sikap adalah (Heri
Purwanto, 1998 : 63):
1)
Sikap bukan
dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan
itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannnya dengan sifat
motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
2)
Sikap dapat
berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada
orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang
mempermudah sikap pada orang itu.
3)
Sikap tidak
berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu
objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa
berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4)
Objek sikap itu
merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal
tersebut.
5)
Sikap mempunyai
segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap
dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.
e. Cara Pengukuran Sikap
Pengukuran
sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap seseorang. Pernyataan
sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap
yang hendak diungkap.
Pernyataan
sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap,
yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan
ini disebut dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan
sikap mungkin pula berisi hal-hal negatif mengenai obyek sikap yang bersifat
tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini
disebut dengan pernyataan yang tidak favourabel. Suatu skala sikap sedapat
mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable
dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak
semua positif dan tidak semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau
tidak mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar, 2005).
Pengukuran
sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung
dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan responden terhadap suatu obyek.
Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis
kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003).
f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi
sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain :
1) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung
untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang
dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk
berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap
penting tersebut.
3) Pengaruh Kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah
menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan
telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi
corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.
4) Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar
mauoun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual
disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,
akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari
lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan
tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi
sikap.
6) Faktor Emosional
Kadang kala, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Azwar,
2005).
- Subjective Norms
Norma subjektif atau
norma yang dianut seseorang (keluarga).
Dorongan anggota keluarga, termasuk
kawan terdekat juga mempengaruhi agar seseorang dapat menerima perilaku
tertentu, yang kemudian diikuti dengan saran, nasehat dan motivasidari keluarga atau kawan. Kemampuan anggota
keluarga atau kawanterdekat mempengaruhi seorang individu untuk
berperilaku sepertiyang mereka harapkan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan
dan penilaian individu tersebut terhadap perilaku tertentu dankeyakinannya melihat
keberhasilan orang lain berperilaku sepertiyang disarankan
- Behavioural Intention
Niat ditentukan oleh
sikap, norma penting dalam masyarakat dan norma subjektif. Komponen pertamamengacu pada sikap terhadap perilaku. Sikap ini
merupakan hasil pertimbangan untung dan rugi dari perilaku tersebut.
Niat adalah maksud atau keinginan kuat di dalam hati untuk
melakukan sesuatu. Niat termasuk perbuatan hati maka tempanya adalah di dalam
hati, bahkan semua perbuatan yang hendak dilakukan oleh manusia, niatnya secara
otomatis tertanam di dalam hatinya.
Niat tergantung pada sikap terhadap perilaku dan norma
subjektif. Niat berperilaku adalah transisi niat atau kehendak ke dalam
tindakan.
C.
Bentuk sederhana TRA, dapat dinyatakan berfungsi secara matematika:
D.
Skema TRA
Sumber
: Ogden, Jane. Health Psychology. Open University Press.
Buckingham-Philadelphia, 1996 : 2.
KESIMPULAN
Theory Of Reasoned Actions
diperkenalkan oleh Fishbein tahun 1967, Ajsen dan Fishbein (1970,1975,
1980). Teori ini digunakan di dalam berbagai
macam perilaku manusia khususnya yang
berkaitan dengan permasalahan sosial, psikologis
kemudian makin bertambah digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang berkaitan dengan perilaku kesehatan.
Teori ini menegaskan peran dari niat
seseorang dalam menentukan apakah sebuah perilaku akan terjadi. Teori ini
secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku pada umumnya mengikuti
niat dan tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niat seseorang dipengaruhi oleh sikap
terhadap suatu perilaku, seperti apakah ia merasa perilaku itu penting. Teori
ini juga menjelaskan sifat-sifat normatif
yang mungkin dimiliki orang. Mereka berfikir tentang apa yang akan dilakukan orang lain ( orang-orang yang berpengaruh di dalam kelompok ) pada
situasi yang sulit. Theory ini menghubungkan keyakinan ( Beliefs ) sikap ( attitude )
kehendak /intensi ( intention ) dan perilaku intensi merupakan prediktor
terbaik dari perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
Glanz, Karen, etc. 1990. Health Behavior and Health Education. Oxford San Fransisco ;
Jossey-Bass Publishers
http://creasoft.files.wordpress.com/2008/04/sikap.pdf
Ogden, Jane.
1996. Health Psychology. Open University Press ; Buckingham-Philadelphia
Smet, Bart. 1994. Psikologi
Kesehatan. Jakarta ; PT Gasindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar