Rabu, 24 Juni 2015

PENGARUH PENYULUHAN KESPRO THD PH SAAT MENSTRUASI


BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sebagian besar wanita di usia yang masih subur selalu mendapatkan menstruasi di setiap bulannya dan mereka selalu membutuhkan pembalut saat menstruasi tersebut. Menstruasi merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari rahim disertai pengeluaran (deskuamasi) endometrium (Nugroho, 2014). Saat menstruasi bagian dari rahim wanita membuka, sehingga sangat rentan terhadap kuman yang dapat masuk dan menginfeksi rahim tersebut. Saat menstruasi, personal hygiene yang baik sangat dibutuhkan terutama dalam hal menganti pembalut, membersihkan kemaluan setelah buang air kecil dan ganti celana dalam sehingga kondisi kemaluan bisa tetap kering dan bersih selama menstruasi.
Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara yang dilakukan di pondok putri dapat dilihat bahwa personal hygiene mahasiswa putri saat menstruasi masih sangat buruk. Pengetahuan mereka tentang personal hygiene pun saat menstruasi masih kurang. Dari kelas STIKES, Akper dan Akbid, mayoritas mahasiswi putri mengatakan bahwa  mereka keluar flour albus normal dan hanya mengganti pembalut satu kali sehari saat menstruasi dan setelah buang air kecil tidak mengeringkan daerah kemaluan mereka terlebih dahulu sehingga lembab, kuman, bakteri dan jamur sangat mudah masuk ke rahim. Jika hal ini dibiarkan terus menerus akan terjadi infeksi pada rahim, vulvitis, vaginitis, servisitis dan salfingitis akut.
Oleh karena itu, upaya promosi kesehatan dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga perlu diarahkan pada mahasiswi putri pada masa remaja mereka, dimana terjadi peralihan dari masa anak menjadi dewasa,dan perubahan-perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder dan berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan reamaja secara fisik mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi belum dapat mempertanggung jawabkan akibat dari proses reproduksi tersebut. Informasi dan penyuluhan, konseling dan pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi pada mahasiswi putri ini (Nugroho, 2014). Tidak hanya informasi dan penyuluhan saja, tetapi juga diperlukan dukungan dari pengelola pondok dan penyediaan fasilitas pondok yang lebih bersih dan memadai  
       
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalahnya sebagai berikut : “Adakah pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong?”.

 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
Tujuan Khusus
Untuk mengetahui personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri sebelum diberi penyuluhan di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
Untuk mengetahui personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri sesudah diberi penyuluhan di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
Untuk menganalisa pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.

 Target dan Luaran
Target
Target yang ingin dicapai dari kegiatan penelitian yang berjudul “Pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong”, seperti pada tabel 1.1 di bawah ini:
No.Sebelum dilakukan PenelitianSesudah Dilakukan PenelitianKurangnya personal hygiene saat menstruasi pada remaja putridMeningkatnya personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri
Luaran
Luaran dari kegiatan penelitian yang berjudul “Pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong”, yaitu:
Jurnal penelitian Bidan Sains Terapan yang sudah ISSN.
Mahasiswa putri mempunyai kebiasaan personal hygiene yang baik saat menstruasi setelah dilakukan penelitian
Tidak terjadi penyakit reproduksi seperti vulvitis, vaginitis, servisitis dan salfingitis akut
Merujuk mahasiswa yang terjangkit penyakit kesehatan reproduksi ke Pelayanan Kesehatan yang penanganannya lebih baik

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
Pengertian Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan Kesehatan atau Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis, yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, 2002).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy, 2006).
Melakukan penyuluhan kesehatan diharapkan terjadi kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima prilaku tersebut (mengubah perilaku) (Notoatmodjo, 2003).
Tujuan Penyuluhan Kesehatan
Menurut Effendy (2006) tujuan penyuluhan kesehatan sebagai berikut:
Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Menurut WHO, tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan termasuk kesehatan reproduksi.
Tempat pelaksanaan penyuluhan kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2007), dimensi pelaksanaannya penyuluhan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat sehingga dengan sendirinya sasarannya juga berbeda, yaitu:
Pendidikan kesehatan di Sekolah
Dilakukan disekolah dengan sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan  dalam upaya kesehatan sekolah (UKS).
Pendidikan kesehatan dipelayanan Kesehatan.
Dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum maupun Khusus dengan sasaran pasien dan keluarganya.
Pendidikan kesehatan di tempat kerja, sasarannya buruh atau karyawan.
Metode yang dapat digunakan
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah sebagai berikut:
Metode ceramah
Adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang kesehatan.



Metode diskusi kelompok
Adalah pembicaraan yang direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5-20 peserta (sasaran) dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
Metode curah pendapat
Adalah suatu bentuk pemecahan masalah dimana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan oleh masing-masing peserta, dan dievaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan kemudian.
Metode panel
Adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan pengunjung atau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih panelis dengan seorang pemimpin.
Metode bermain peran
Adalah memerankan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
Metode demonstrasi
Adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan dengan menggunakan alat peraga.
Metode simposium
Adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2-5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling berhubungan erat.
Metode seminar
Adalah suatu cara dimana sekelompok orang berkumpul untuk membahas masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang menguasasi bidangnya.



Faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan.
Menurut Effendy (2006), faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan yaitu:
Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang  terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.
Tingkat sosial ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.
Adat istiadat
Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi baru merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
Kepercayaan masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah timbul kepercayaan masyarakat dengan penyampaian informasi.
Ketersediaan waktu di Masyarakat
Waktu penyampaian infromasi harus memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan.

Konsep Personal Hygiene
Pengertian Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003). Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku,dan kebersihan genitalia (Badri, 2008).
Menurut Perry dan Potter (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan unutk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Usaha kesehatan pribadi adalah : daya upaya dari seorang demi seorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri (Entjang, 2000).
Hygiene pada saat menstruasi merupakan komponen personal hygiene (kebersihan perorangan) yang memegang peranan penting dalam status perilaku kesehatan seseorang, termasuk menghindari adanaya gangguan pada fungsi alat reproduksi. Pada saat menstruasi pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terinfeksi. Oleh karena itu kebersihan alat kelamin harus lebih dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan Infeksi Saluran Reproduksi (ISR).
Tujuan Menjaga Personal Higiene
Tujuan Menjaga Personal Higiene, menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), yaitu:
Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
Memelihara kebersihan diri seseorang
Pencegahan penyakit
Meningkatkan kepercayaan diri seseorang
Menciptakan keindahan
Macam personal hygiene
Macam personal hygiene sebagai berikut:
Kebersihan kulit
Kebersihan mata
kebersihan telinga
Kebersihan hidung
Kebersihan mulut dan gigi
Kebersihan genetalia
Karena minimnya pengetahuan tentang kebersihan genitalia, banyak kaum remaja putri maupun putra mengalami infeksi di alat reproduksinya akibat garukan, apalagi seorang anak tersebut sudah mengalami skabies diarea terterntu maka garukan di area genitalia akan sangat mudah terserang penyakit kulit skabies, karena area genitalia merupakan tempat yang lembab dan kurang sinar matahari. Salah satu contoh pendidikan kesehatan di dalam keluarga, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan anak cebok secara benar. Seperti penjelasan, bila ia hendak cebok harus dibasuh dengan air bersih. Caranya menyiram dari depan ke belakang bukan belakang ke depan. Apabila salah, pada alat genital anak perempuan akan lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur) akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan celananya dalam keadaan kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam (Safitri, 2008).
Kebersihan kuku
Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Faktor  yang mempengaruhi personal hygiene, yaitu:
Praktik sosial
Pada anak yang selalu dimanja dalam hal kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan personal hygiene.
Budaya
Pada sebagaian masyarakat, jika individu memiliki penyakit tertentu tidak boleh dimandikan.


Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri.
Status ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, shampo, dan alat mandi, pembalut yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
Pengetahuan
Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri, seperti penggunaan sabun, shampoo, pembalut dan lainnya.
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene, antara lain:
Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.

Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuahn dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.




Kategori atau type Personal Hygiene
Kategori atau type personal hygiene menurut perry dan potter, dibagi menjadi tiga yaitu:
Personal hygiene baik
Jika seseorang membersihkan diri dengan frekuensi tiga kali sehari atau setiap merasa kotor selalu membersihkan diri.
Personal hygiene cukup
Jika seseorang membersihkan diri dengan frekuensi dua kali sehari.
Personal hygiene kurang
Jika dalam sehari seseorang hanya membersihkan diri dengan frekuensi satu kali sehari.

Konsep Menstruasi
Pengertian Menstruasi
Menstruasi merupakan perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita yang dipengaruhi oleh horman FSH-Estrogen atau LH-Progesteron. Ditandai dengan keluarnya darah pada endometrium yang keluar secara rutin setiap bulan. Menstruasi terjadi pada usia remaja berkisar usia 10-16 tahun , dipengaruhi oleh kesehatan , nutrisi dan berat badan juga tinggi badan. Menstruasi akan berhenti pada usia 40-50  tahun, monopause (Manuaba, 1998).
Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak, 2004).
Pengertian Lamanya Mestruasi
Pada umumnya, menstruasi berlangsung sekitar 5-7 hari (Manuaba, 1998).
Pengertian Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yaitu daur menstruasi yang dialami wanita dalam usia produktif. Pada saat menstruasi terjadi peluruhan dinding rahim. Peluruhan tersebut akan berlangsung tiap bulanya, sehingga terjadinya proses pembersihan rahim karena adanya pembuluh darah ,kelenjar dan sel yang tidah dibuahi. Bagi wanita tidak asing lagi dengan menstruasi yang terjadi setiap bulan kecuali jika adanya pembuahan (kehamilan).
Siklus Menstruasi  Normal
Akan terjadi pertumbuhan folikel primer yang dipengaruhi oleh hormon FSH, pada hari pertama hingga hari ke empat belas. Adapun hormon yang mempengaruhi siklus menstruasi, yaitu :
LH-RH. LH dikeluarkan akibat adanya rangsangan hipofosis
FSH-RH. FSH dikeluarkan melalui rangsangan hipofosis yang dikeluarkan oleh hipotalamus.
PIH. Prolaktin dihambat oleh hipofisis.
Siklus Menstruasi Utama
Masa menstruasi. Akan berlangsung selama 2-8 hari dimana selaput rahim dilepaskan hingga terjadi perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah.
Masa Proliferasi. Fase ini terjadi pertumbuhan dari dua fungsional untuk mempersiapkan rahim tempat janin. Pada fase ini akan di awali dengan tumbuh kembalinya endometrium. Akan terjadi pada hari ke 12-14
Masa Sekresi. Masa sesudah adanya ovulasi dimana hormon progesteron akan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap menjadi tempat janin ke rahim.
Siklus haid normal dapat dihitung dari pertama menstruasi hingga menjelang menstruasi pada bulan selanjutnya. Siklus yang normal biasanya terjadi pada 28 hari. Akan tetapi, pada remaja perubahan siklus menstruasi sering terjadi dan dianggap normal. Pada siklus haid normal dipengaruhi oleh praovulasi yang akan berubah tiap bulan dan memiliki perbedaan pada setiap wanita.
Proses terjadinya menstruasi pada wanita
 Haid merupakan hal yang alamiah bagi wanita yang sehat.Dimana pada setiap bulannya seorang wanita akan mengalami perdarahan yang disebut menstruasi. Proses menstruasi adalah peluruhan dinding Rahim (endometrium) yang disertai dengan terjadinya perdarahan. Proses menstruasi umumnya tidak terjadi pada ibu hamil. Menstruasi biasanya akan terjadi setelah terjadinya perubahan pada fisik di masa pubertas yang ditandai dengan payudara mulai membesar, rambut tumbuh diseputar alat kemaluan, di aksila dan vagina mengeluarkan cairan keputih-putihan.
 Siklus haid yang normal berkisar antara 28-29 hari. Ada beberapa perempuan yang masa siklusnya berlangsung dari 20 sampai 35 hari masih dianggap normal.Menstruasi bervariasi bagi setiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus haid 25-35 hari dan sekitar 10-15 % yang memilki siklus haid 28 hari.Namun, beberapa wanita memilki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan. Menstruasi ini merupakan siklus yang berulang-ulang pada organ reproduksi perempuan.Normalnya menstruasi berlangsung selama 3-7 hari.
  Setelah pubertas, ovarium memiliki korteks tebal yang mengelilingi suatu medula yang mengandung banyak pembuluh darah. Pada saat lahir korteks mengandung sejumlah folikel primer ovarium. Setelah pubertas, setiap bulan beberapa folikel berkembang membentuk folikel vesikularovarium (folikel graaf) yang biasanya menjadi matur dan rupture, kemudian mengeluarkan ovum. Proses ini disebut ovulasi. Ovum melewati tuba uterin sepanjang ujung fimbriae dan dapat difertilasi oleh sperma pria. Fertilasi terjadi biasanya pada segitiga lateral tuba uterine.
Hal yang Harus diperhatikan pada Saat Menstruasi
Hal yang harus diperhatikan saat menstruasi, adalah sebagai berikut:
Untuk menjaga kebersihan, hendaknya mengganti pembalut secara teratur sebanyak minimal 3 kali sehari (atau tergantung volume darah yang keluar) setelah mandi atau buang air kecil.
Pilih pembalut yang daya serapnya tinggi, tidak mengandung zat kimia berbahaya, tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
Sebisa mungkin rapihkan bulu kemaluan agar darah tidak banyak yang menempel di sekitar vagina, sehingga rentan akan infeksi atau iritasi.
Potong kuku dengan rapih, cuci tangan sebelum menyentuh daerah kemaluan. Jangan menyentuh bagian dalam kemaluan, apalagi ketika sedang haid.
Gunakan kapas atau tisu lembut untuk membersihkan sisa darah di sekitar lubang vagina.
Jaga kebersihan celana dalam, jika perlu bisa mencuci celana dalam dengan campuran sedikit disinfektan pada bilasan terakhir untuk membunuh jamur dan bakteri.
Pemilihan pembalut saat menstruasi
Biasanya darah haid mula-mula keluar berwarna hitam, kemudian berubah kepada merah, kemudian antara merah dan kuning, kemudian kuning dan akhirnya keruh (yakni antara putih dan hitam), hingga akhirnya putih bersih tanda selesainya haid. Namun tiap wanita biasanya memiliki siklus warna darah yang berbeda satu sama lain.
Untuk menampung darah haid, wanita yang mengalami menstruasi harus memakai pembalut, baik pembalut tradisional misalnya kain ataupun pembalut modern yang sudah ada dengan berbagai keunggulan. Ada pembalut yang terbuat dari herbal, sehingga nyaman dipakai, ada juga pembalut yang di desain dengan ukuran panjang 29 hingga 35 cm untuk dipakai saat tidur atau bagi mereka yang darah haidnya keluar dengan deras. Pembalut harus diganti minimal tiga kali sehari untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi pada vagina atau gangguan-gangguan lainnya.
Cara memilih pembalut yang tepat
Berikut ini cara memilih pembalut yang tepat:
Pilih pembalut sesuai dengan kebutuhan.
Pembalut dengan ukuran ekstra tebal dipakai pada saat volume darah menstruasi banyak atau di malam hari. Beberapa merk menyediakan pembalut bersayap, yang membantu pembalut melekat lebih sempurna pada celana dalam dan juga mencegah rembesan yang menodai celana dalam. Tetapi kalau volume darah menstruasi tidak terlalu banyak, bisa juga memakai pembalut yang lebih tipis.

Pilih yang nyaman dipakai dan tidak mudah mengerut.
Patokan pembalut yang nyaman dipakai adalah pembalut yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Jika pembalut yang dipakai mudah mengerut, maka kebocoran rentan terjadi, sehingga darah bisa tembus kemana-mana.
Pembalut berdaya serap tinggi.
Tapi pastikan bahwa pembalut yang berdaya serap tinggi itu permukaanya kering. Kondisi permukaan pembalut yang kering memperkecil risiko terjadinya kelembapan dan iritasi. Pada saat membeli pembalut, pastikan kemasannya baik dan tertutup rapat.
Segera tukarkan pembalut yang kemasannya rusak, sekecil apa pun itu. Kerusakan kemasan, seperti lubang, bisa jadi celah masuk bakteri yang terbawa debu. Penggunaan pembalut berkaitan dengan permukaan kulit organ tubuh yang relatif sensitif, makanya higienitasnya harus terjaga.
Pilihlah pembalut dari bahan sangat lembut dan lentur.
Ini akan mengurangi faktor iritasi pada daerah kulit vagina dan juga mengurangi resiko kebocoran.

Konsep Perilaku
Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicar, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).



Pembentukan Perilaku
Pembentukan perilaku menurut Notoatmodjo (2007) ada beberapa cara, diantaranya:
Kebiasaan (Conditioning)
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan akhirnya akan terbentuklah perilaku.
Pengertian (Insight)
Pembentukan perilaku yang didasarkan atas teori belajar kognitif yaitu belajar disertai dengan adanya pengertian.
Menggunakan Model
Cara ini menjelaskan bahwa domain pembentukan perilaku pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinya. Cara ini didasarkan atas teori belajar sosial (Social learning theory) atau observational learning theory oleh bandura (1977).
Bentuk Perilaku
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respons organism atau seseorang terhadap rangsangan (stimulasi) dari luar subjek tersebut.
Respon ini berbentuk 2 macam (Dewi, 2010) yakni :
Bentuk Pasif
Respon internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
Bentuk Aktif
Perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung, oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata disebut overt behavior.
Klasifikasi Perilaku
Beberapa klasifikasi perilaku menurut beberapa ahli, antara lain :
Berdasarkan teori “S-O-R”dalam Notoatmodjo (2005) maka perilaku manusia dapat dikelompikkan menjadi 2, yaitu :
Perilaku Tertutup (Covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulasi tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon tersebut masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulasi yang bersangkutan.
Perilaku terbuka (Over Behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulasi tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik tersebut dapat diamati orang lain.
Becker (1979) dalam Dewi (2010) mengklasifikasikan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut :
Perilaku Kesehatan (Health Behavior)
Hal- hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk tindakan mencegah penyakit, kebersihan perorangan.
Perilaku Sakit (Illness Behavior)
Tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individu yang merasa sakit untuk mengidentifikasi penyakit, peyebab sakit, serta usaha mencegah penyakit tersebut.
Perilaku Peran Sakit (The sick role behavior)
Tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.
Pengukuran Perilaku
Cara mengukur perilaku ada 2 cara (Notoatmodjo, 2005) yaitu:
Perilaku dapat diukur secara langsung yakni wawancara terhadap kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, bulan yang lalu (recall).
Perilaku yang diukur secara tidak langsung yakni, dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Pengukuran perilaku dengan menggunakan skala likert yang dimodifikasi menjadi 4 pilihan yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah
Pertanyaan favorabel akan diberikan nilai 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2 untuk jawaban kadang-kadang dan 1 untuk jawaban tidak pernah dan pertanyaan unfavorabel memberikan nilai 1 untuk jawaban selalu, 2 untuk jawaban sering, 3 untuk jawaban kadang-kadang dan 4 untuk jawaban tidak pernah.
Kategori penilaian perilaku menurut Nursalam (2003), yaitu :
Perilaku baik bila jumlah skor 76%-100%,
Perilaku cukup bila jumlah skor 56%-75%,
Perilaku kurang bila jumlah skor < 55%.
Faktor- faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007), faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain :
Faktor predisposisi (predisposing factor),
Yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai-nilai dan umur.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan, paparan media masa (akses informasi), ekonomi (pendapatan), hubungan sosial dan lingkungan sosial budaya.
Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri ataupun dari orang lain. Sikap terhadap nilai- nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.
Kepercayaan
Kepercayaan merupakan kenyakinan tentang kebenaran terhadap sesuatu yang dirasakan pada budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Sehingga bila dalam masyarakat mempunyai kepercayaan yang salah tentang suatu maka dapat menghambat perubahan perilaku.
Tradisi
Tradisi merupakan suatu adat dari tempat tinggal seseorang yang selalu dilakukan.
Nilai- nilai
Individu lahir diantara kelompok, yaitu keluarga dan masyarakat. Hal ini akan membuat kemungkinan adanya suatu norma atau aturan yang diharapkan mampu memunculkan perilaku yang sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat. Nilai ini diperoleh melalui sosialisasi dan emosi dikenakan kepercayaan mereka atas apa yang membuat orang berfikir apakah sesuatu itu penting sehingga dari nilai akan mempengaruhi keseluruhan berbagai tentang keluarga.
Umur
Umur mempengaruhi perilaku. Umur dapat mempengaruhi cara berfikir, bersikap dan berperilaku seseorang mengenai hal yang sedang dialami.
Faktor pendukung (enabling factor)
Faktor- faktor ini mencakup: Ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas (fisik dan umum) yang mendukung kelancaran penanganan disminorhoe. Fasilitas fisik yaitu fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan yang meliputi Puskesmas, Usaha Kesehatan Sekolah dan obat-obatan. Sedangkan fasilitas umum yaitu fasilitas atau sarana kesehatan meliputi media informasi misalnya TV, Koran atau majalah.
Faktor pendorong (reinforcing factor),
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku dari petugas kesehatan. Sikap dan perilaku disini adalah bagaimana para petugas kesehatan (perawat, bidan, dokter dan tenaga kesehatan lainnya) berlaku tidak sesuai dengan perilaku yang ada.
Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan Kesehatan
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan dapat digolongkan dalam dua kategori (Dewi, 2010), yaitu :
Perilaku yang terwujud secara sengaja dan sadar
Perilaku yang terwujud secara tidak sengaja atau tidak sadar
Perilaku- perilaku disengaja atau tidak disengaja yang membawa manfaat bagi kesehatan individu dan sebaliknya. Perilaku yang disengaja atau tidak disengaja berdampak merugikan kesehatan antara lain :
Perilaku sadar yang menguntungkan kesehatan
Mencakup perilaku yang secara sadar oleh seseorang yang berdampak menguntungkan kesehatan. Golongan perilaku ini langsung berhubungan dengan kegiatan- kegiatan pencegahan penyakit serta penyembuhan penyakit yang dijadikan secara sadar atas dasar pengetahuan bagi diri seseorang.
Perilaku sadar yang merugikan kesehatan
Perilaku sadar yang dijalankan secara sadar diketahui bila perilaku tersebut tidak menguntungkan kesehatan terdapat pula dikalangan orang berpendidikan atau professional atau secara umum pada masyarakat yang sudah maju.

Perilaku tidak sadar yang merugikan kesehatan
Golongan masalah ini paling banyak dipelajari, terutama karena penanggulangan merupakan salah satu tujuan utama berbagai program pembangunan kesehatan masyarakat.
Perilaku tidak sadar yang menguntungkan kesehatan
Golongan perilaku ini menunjukkan bahwa tanpa sadar pengetahuan seseorang dapat menjalankan kegiatan- kegiatan tertentu yang secara langsung atau tidak langsung memberi dampak positif terhadap derajat kesehatan mereka.

Konsep Remaja Putri
Pengertian Remaja Putri
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik dan perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2007).
Masa remaja atau pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, masa pubertas ditandai dengan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder(pembesaran payudara, tumbuhnya rambut di pubis, ketiak) sampai kemampuan bereproduksi, cepat lambat seorang anak memasuki masa pubertas dipengaruhi oleh bangsa, iklim, gizi, kebudayaan. Semakin baik gizi seseorang semakin cepat memasuki masa pubertas.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu secara kronologis, ramaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun; secara fisik, ramaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual; secara psikologis, remaja merupakan masa diman individu mengalami perubaha-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di antara masa anak-anak menuju masa dewasa.
Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan pada masa remaja adalah sebagai berikut:
Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagi wanita
Menginginkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab sosial
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita anak-anak pria
Mengembangkan skala nilai
Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih dekat
Persiapan mandiri secara ekonomi, pemilihan dan melatih jabatan baru, serta mempersiapkan perkawinan dan berkeluarga.

Konsep Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi Terhadap Personal Hygiene Saat Menstruasi pada Remaja Putri
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy, 2006). Faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan kesehatan yaitu tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, adat istiadat, kepercayaan masyarakat, ketersediaan waktu di Masyarakat.
Personal hygiene atau kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2003). Macam personal hygiene meliputi, kebersihan kulit, kebersihan mata, kebersihan telinga, kebersihan hidung, kebersihan mulut dan gigi, kebersihan genetalia, kebersihan kuku. Sedangkan kebersihan genetalia sendiri meliputi kebersihan pada saat menstruasi pada seorang wanita (remaja putri). Personal hygiene dipengaruhi oleh faktor praktik sosial, budaya, body image, status ekonomi, pengetahuan, kondisi fisik, kebiasaan seseorang. Personal hygiene seseorang terkait dengan perilaku seseorang.
Perilaku adalah perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Perilaku seseorang diklasifikasikan menjadi perilaku tertutup dan terbuka. Sedangkan faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007), yaitu faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai-nilai dan umur; faktor pendukung (enabling factor), faktor- faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas (fisik dan umum) yang mendukung. Fasilitas fisik yaitu fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan yang meliputi Puskesmas, Usaha Kesehatan Sekolah dan obat-obatan. Sedangkan fasilitas umum yaitu fasilitas atau sarana kesehatan meliputi media informasi misalnya TV, Koran atau majalah sehingga dapat diketahui bahwa untuk menunjang terlaksananya perilaku personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri dengan baik, tidak hanya tahu dan sadar mengenai personal hygiene saat menstruasi, melainkan fasilitas yang lengkap juga dapat menjadi faktor pemicu remaja putri untuk melakukan personal hygiene saat menstruasi dengan baik.
Faktor lainnya yaitu faktor pendorong (reinforcing factor), faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku dari petugas kesehatan. Sikap dan perilaku disini adalah bagaimana para petugas kesehatan (perawat, bidan, dokter dan tenaga kesehatan lainnya) berlaku tidak sesuai dengan perilaku yang ada.
Berdasarkan hal tersebut di atas, seseorang yang mendapatkan suatu informasi atau telah mendapat pengetahuan yang baik saat penyuluhan kesehatan, dimungkinkan akan berperilaku positif. Hal ini seseuai menurut pendapat Notoatmodjo (2007), seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik akan mudah untuk menerima berbagai informasi dan dimungkikan seseorang tersebut akan berperilaku positif.
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yaitu :
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
Untuk mengetahui personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri sebelum diberi penyuluhan di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong,
Untuk mengetahui personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri sesudah diberi penyuluhan di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
Untuk menganalisa pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
Manfaat penelitian
Manfaat dalam penelitian ini yaitu :
Sebagai bahan masukan pengembangan progam pengajaran promosi kesehatan dan Gender dan kesehatan reproduksi terutama dalam pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi pada remaja putri
Menambah informasi tentang pengaruh penyuluhan reproduksi terhadap personal hygiene pada saat menstruasi
Dapat memberikan informasi pada remaja putra  tentang dampak dari tidak menjaga personal hygiene pada saat menstruasi
Meningkatkan pengalaman dan wawasan peneliti sendiri dalam menganalisa pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong
BAB 4
METODE PENELITIAN

Tahapan Penelitian
Tahap Persiapan
Peneliti mempersiapkan materi yang menjadi pertanyaan dalam bentuk angket kemudian menentukan materi yang akan dipergunakan dalam penyuluhan. Peneliti berhubungan dengan pengelola pondok putri untuk mengurusi surat-surat ijin yang diperlukan untuk penelitian, menentukan jadwal penelitian yang disesuaikan dengan kegiatan di pondok putri.
Tahap Pelaksanaan
Peneliti menyebarkan angket kepada mahasiswa putri yang menjadi sampel dalam penelitian sebelum dilakukan penyuluhan. Setelah angket terisi, kemudian dikumpulkan dan dikoreksi oleh peneliti. Setelah ditemukan jawaban mayoritas dan minoritas, peneliti melakukan penyuluhan kesehatan reproduksi kepada mahasiswa putri secara klasikal dan melakukan evaluasi dengan menyebarkan angket setelah diberikan penyuluhan. Setelah selesai, peneliti memasukkan jawaban yang ada di angket menggunakan program SPSS yaitu uji Wilcoxon Mach Paired Test dan membaca hasilnya.
Tahap Evaluasi
Peneliti mengevaluasi hasil olah data dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini di Pondok Putri Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo.





Variabel Penelitian
Variabel Independen
Variabel Independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Penyuluhan Kesehatan Reproduksi.
Variabel Dependen
Variabel Dependen adalah aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai stimulus. Variabel dependen adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen penelitian ini adalah Personal Hygiene Mahasiswa Putri Saat Menstruasi.

Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana peneliti akan bekerja dengan angka-angka sebagai perwujudan atas sesuatu yang diamati atau diteliti.

Rancangan Penelitian
Penelitiaan ini menggunakan rancangan pra eksperimen dengan jenis pre dan post tes one group design, yaitu penelitian dengan satu kelompok subyek yang diberikan intervensi dan dilakukan pengukuran sebelum dan sesudahnya. Dalam hal ini peneliti mengukur personal hygiene sebelum diberikan penyuluhan kemudian peneliti memberikan penyuluhan sebagai intervensi, setalh itu peneliti melakukan pengukuran ulang terhadap personal hygiene remaja putri saat menstruasi setelah diberikan penyuluhan.

Teknik Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Angket dan Satuan Acara Penyuluhan (SAP). Angket disebarkan kepada mahasiswa putri yang menjadi sampel. Setelah didapatkan data dari mahasiswa putri, ditentukan jumlah jawaban mayoritas dan minoritas.


Analisa Data
Analisa univariat
Analisa univariat adalah analisis yang dilakukan pada tiap-tiap variabel. Dalam penelitian ini variabel independennya dalah penyuluhan kesehatan reproduksi daan varaiabel dependennya adalah personal hygiene saat menstruasi.
Selanjutnya, di klasifikasikan dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
N = SP/SM X1                                                         N = SP/SM X 100 %
 Keterangan :
 N   : Nilai
 SP : Skor yang di dapat dari pengamatan peneliti
 SM : Skor tertinggi yang diharapkan

Setelah proses di atas, Menurut Suharsimi Arikunto (2006) hasil pengolahan data dalam bentuk persentase diinterpretasikan, sebagai berikut:
100 % : Seluruhnya.
76-99 % : Hampir seluruhnya.
51-75 % : Sebagian besar.
50 % : Setengahnya.
26-49 % : Hampir setengahnya.
1-25 % : Sebagian kecil.
0 % : Tak satupun.

Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah suatu analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan pada dua variabel. Dalam penelitian ini ditujukan untuk menganalisis pengaruh antara dua variabel.
Dalam melakukan analisa, penelitian ini menggunakan jenis pra eksperimental dengan uji statistik yaitu Uji  Wilcoxon Mach Paired Test. Uji Wilcoxon Mach Paired Test, dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh intervensi sebelum dan sesudah. Dengan derajat kemaknaan (α= 0,05), Jika P value < α (0,05), Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.

























BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Data Umum
Karakteristik Responden Menurut Umur
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Menurut Umur di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

Umur (th)FrekuensiPersentaseRemaja Awal00Remaja Tengah2046,5Remaja Akhir2353,5Total43100
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa sebagian besar responden, yaitu 23 orang (53,5%) berada pada tahapan umur remaja akhir.

Data Khusus
Personal Hygiene Saat Menstruasi Sebelum Penyuluhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

Tabel 5.2 Personal Hygiene Saat Menstruasi Sebelum Penyuluhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong
Personal HygieneFrekuensiPersentaseBaik00Cukup Baik3274,4Kurang Baik1125,6Total43100
Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku personal hygiene yang cukup baik saat mentruasi sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, yaitu 32 orang (74,4%) dan hampir setengah responden memiliki perilaku personal hygiene yang kurang baik saat menstruasi yaitu 11 orang (25,6%).

Personal Hygiene Saat Menstruasi Sesudah Penyuluhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

Tabel 5.3 Personal Hygiene Saat Menstruasi Sesudah Penyuluhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

Personal HygieneFrekuensiPersentaseBaik2353,5Cukup Baik2046,5Kurang Baik00Total43100
Berdasarkan tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku personal hygiene yang baik saat mentruasi, sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, yaitu 23 orang (53,5%) dan tidak ada satupun responden yang memiliki personal hygiene yang kurang baik saat menstruaasi, sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi yaitu 0 orang (0%).

Analisa Data
Tabulasi Silang Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Personal Hygiene Saat Menstruasi pada Remaja Putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong




Tabel 5.4 Tabulasi Silang Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Personal Hygiene Saat Menstruasi pada Remaja Putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong

Personal Hygiene Sebelum PenyuluhanPersonal Hygiene Sesudah PenyuluhanTotalBaikCukup BaikKurang BaikF%F%F%F%Baik00000000Cukup Baik1841,91432,5003274,4Kurang Baik511,6614001125,6Jumlah2353,52046,50043100Z = - 5,058          P Value = 0,000      α = 0,05
Hasil penelitian menunjukkan bahwa personal hygiene saat menstruasi sebelum penyuluhan kesehatan reproduksi pada remaja putri dari remaja putri yang memiliki personal hygiene kurang baik, memiliki personal hygiene yang baik setelah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, sebanyak 5 responden (11,6%), sedangkan remaja putri yang memiliki personal hygiene cukup baik sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, memiliki personal hygiene yang baik setelah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, sebanyak 18 responden (41,9%).
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa nilai Z = -5,058 dan P value = 0,000 pada α = 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa P value < α, yang berarti Ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.





Pembahasan
       Karakteristik Responden Menurut Umur
Sebagian besar responden, yaitu 23 orang (53,5%) berada pada tahapan umur remaja akhir.Umur mempengaruhi perilaku. Umur dapat mempengaruhi cara berfikir, bersikap dan berperilaku seseorang mengenai hal yang sedang dialami. Umur juga mempengaruhi pengetahuan dimana semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang, dasar berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang telah dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup kedewasaannya
Personal Hygiene Saat Menstruasi Sebelum Penyuluhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja

Sebagian besar responden memiliki perilaku personal hygiene yang cukup baik saat mentruasi sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, yaitu 32 orang (74,4%). Hal ini dikarenakan pengetahuan remaja putri yang kurang, sebab perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Adapun  faktor ynag mempengaruhi terbentuknya perilaku kesehatan, yakni Faktor predisposisi (predisposing factor), Faktor pendukung (enabling factor), Faktor pendorong (reinforcing factor). Faktor predisposisi (predisposing factor) mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai-nilai dan umur.

Personal Hygiene Saat Menstruasi Sesudah Penyuluhan Kesehatan Reproduksi pada Remaja Putri

Sebagian besar responden memiliki perilaku personal hygiene yang baik saat mentruasi, sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, yaitu 23 orang (53,5%). Perubahan prilaku kesehatan melalui cara pendidikan atau promosi kesehatan ini diawali dengan pemberian informasi-informasi kesehatan. Dengan memberikan informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat,cara pemeliharaan kesehatan,cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan akan hal tersebut. Selanutnya dengan pengetahuan-pengetauan akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini membutuhkan waktu yang lama tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena di sadari oleh mereka sendiri. Golongan perilaku ini langsung berhubungan dengan kegiatan- kegiatan pencegahan penyakit serta penyembuhan penyakit yang dijadikan secara sadar atas dasar pengetahuan bagi diri seseorang.
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Reproduksi terhadap Personal Hygiene Saat Menstruasi pada Remaja Putri
Personal hygiene saat menstruasi sebelum penyuluhan kesehatan reproduksi pada remaja putri dari remaja putri yang memiliki personal hygiene kurang baik, memiliki personal hygiene yang baik setelah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, sebanyak 5 responden (11,6%), sedangkan remaja putri yang memiliki personal hygiene cukup baik sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, memiliki personal hygiene yang baik setelah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, sebanyak 18 responden (41,9%).
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa nilai Z = -5,058 dan P value = 0,000 pada α = 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa P value < α, yang berarti Ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
Berdasarkan hal tersebut di atas, seseorang yang mendapatkan suatu informasi atau telah mendapat pengetahuan yang baik saat penyuluhan kesehatan, dimungkinkan akan berperilaku positif. Hal ini seseuai menurut pendapat Notoatmodjo (2007), seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik akan mudah untuk menerima berbagai informasi dan dimungkikan seseorang tersebut akan berperilaku positif.




BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Sebagian besar responden memiliki perilaku personal hygiene yang cukup baik saat mentruasi sebelum dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, yaitu 32 orang (74,4%) dan hampir setengah responden memiliki perilaku personal hygiene yang kurang baik saat menstruasi yaitu 11 orang (25,6%).
Sebagian besar responden memiliki perilaku personal hygiene yang baik saat mentruasi, sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi, yaitu 23 orang (53,5%) dan tidak ada satupun responden yang memiliki personal hygiene yang kurang baik saat menstruaasi, sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan reproduksi yaitu 0 orang (0%).
Ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap personal hygiene saat menstruasi pada remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.

Saran
Sebaiknya remaja putri di Pondok Putri Hafshawaty Zainul Hasan, dapat merubah perilakunya ke arah yang lebih baik, untuk mencegah penyakit-penyakit yang diakibatkan dari perilaku personal hygiene yang kurang saat menstruasi, baik yang ditimbulkan oleh jamur, maupun bakteri karena akan berdampak pada  kesuburan yang dimiliki oleh remaja tersebut.          



DAFTAR PUSTAKA

Badri, M. 2008. Hygiene Perseorangan Santri Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo Volume 17 No. 2. Ponorogo.
Beety, A. N. 2011. Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Dewi. 2010. Hubungan antara faktor predisposisi, pendukung dan pendorong dengan Cakupan IVA di Puskesmas Kota Denpasar. (internet). Bersumber dari: www.pps.unud.ac.id/.../unud-386-48793. Diakses tanggal 23 Januari 2015.
Effendy, O.U. 2006. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung. PT Citra Aditya Bakti.
Green, L. W (1991) Health Promotion Palanning: An Educational and Environmental Approach 2nd ed. London: Mayfield Publishing Company.
Manuaba, I. B. G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.
Maryunani, A. 2010. Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan. Jakarta : CV Trans Info Media.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
     . 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
                            . 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho. 2014. Sistem Reproduksi Manusia. (Internet). Bersumber dari: www.sildeshare.net/.../sistem-reproduksi-/. Diakses tanggal 23 Januari 2015.
Perry dan Potter. 2005. Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan Praktik Volume 1 dan 2 Edisi 4. Jakarta: EGC .
Safitri. 2008. Menjaga Kebersihan Genital dalam Tanjung, S. B. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Scabies pada Santri di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah. Medan.
Sugiyono.2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung. Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suliha, U, dkk. 2002. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC
Sumiaty. 2011. Biologi Reproduksi Untuk Bidan. Jakarta: CV Trans Info Media.
Suryati. 2012. Kesehatan Wanita Untuk Mahasiswi Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika.
Tarwoto dan Wartonah. 2003.  Kebutuhan Dasar Manusia dan proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Yanti. 2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar