HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH DI TK MENTARI DESA SAMBI RAMPAK LOR KECAMATAN
KOTA ANYAR KABUPATEN PROBOLINGGO
WIDIA SHOFA ILMIAH1); FIFIN MAULIDATUL AZIZAH 2); NINA
SUKMA AMELIA3)
1 Program Studi D
IV Bidan Pendidik, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hafshawaty Zainul Hasan
1 Email:
widiailmiah@yahoo.com
2 Program Studi D
IV Bidan Pendidik, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hafshawaty Zainul Hasan
ABSTRAK
Periode lima tahun pertama kehidupan merupakan
masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan berlangsung sangat pendek serta
tidak dapat diulang lagi, maka masa tersebut disebut “masa keemasan” (golden
period). Menurut Depkes RI (2012) menyatakan bahwa 14% balita Indonesia
mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan
kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
Hasil studi pendahuluan di TK Mentari diketahui dari 5 anak, terdapat dua anak
mengalami gangguan perkembangan sosial kemandirian. Faktor penyebabnya seluruhnya
karena faktor ekstrinsik meliputi pola asuh orang tua, faktor ekonomi,
lingkungan, gizi anak. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak pra sekolah di TK Mentari
Desa Sambi Rampak Lor Kecamatan Kota Anyar
Kabupaten Probolinggo. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif
jenis analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi yaitu seluruh
ibu dan anak pra sekolah di TK Mentari Tahun 2015. Sampel yaitu sebagian ibu
dan anak pra sekolah sejumlah 50 responden. Teknik sampling yaitu purposive
sampling dengan uji statistik Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan p
value 0,04 < α (0,05), sehingga H0 di
tolak. Kesimpulan yaitu ada hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan
anak pra sekolah di TK Mentari Desa Sambi Rampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
Kata Kunci : Pola Asuh,
Perkembangan, Anak Pra Sekolah
ABSTRACT
The period of the first five years of
lifeis highly sensitive to environment and very quickly moment and can be
repeated, so this period mention is golden period. The departement of health
says a number of 14% of toddler is impaired development, aboth fine motoric and
gross motoric, hearing disorder, under intelegence, speech delay. The result of
preliminary of this study from 5 children,have 2 children have social
independence disorder. Factors causing of this, all influence external factors,
that is parenting, economic, environment, nutrition. Objective of this study is
to know association of parenting and development in pre school children in
Mentari Pre School North Sambi rampak village, Kotaanyar, Probolinggo district.
This study use kuantitative study with analytic correlational and crosssectional approach. The population is
all mother and pre school children in Mentari Pre School 2015. Sample of this
study is some mother and pre school children a number of 50 person. Sampling is
purposive sampling with spearman rank test. The result shows that p value
0,04 < α (0,05),so Ho is reject.The conclution is there correlation of parenting and development in pre school
children in Mentari Pre School North Sambi rampak village, Kotaanyar,
Probolinggo district.
Key words: parenting, development, pre school
children.
1.
PENDAHULUAN
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih lengkap, memiliki pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Dalam hal ini menyangkut
proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya
(Soetjiningsih, 2005).
Periode penting dalam perkembangan anak adalah pada masa balita,
termasuk masa anak pra sekolah (Soetjiningsih, 2005). Anak pra sekolah adalah
anak yang mempunyai rentang usia 3-5 tahun (Wong, 2008). Periode lima tahun
pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan
berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa tersebut
disebut “masa keemasan” (golden period) (Suryawan, 2010).
Selain itu, pada lima tahun pertama seorang anak terbentuk
dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan penginderaan, berpikir, kemampuan
bahasa, berbicara, bertingkah laku sosial, perkembangan motorik kasar dan motorik
halus serta kualitas perkembangan pada masa anak khususnya anak pra sekolah
sangat menentukan banyak aspek kehidupan, baik itu aspek kesehatan, aspek
prestasi belajar, aspek intelektualitas, aspek produkstivitas di kemudian hari
(Suryawan, 2010).
Berdasarkan data Pusdatin Kemenkes RI (2014), jumlah anak pra
sekolah di Indonesia sangat besar, yaitu sekitar 9.679.481 sedangkan di
Propinsi Jawa Timur sendiri jumlah anak pra sekolah sebesar 1.218.756.
Berdasarkan data tersebut, sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas
perkembangan balita di Indonesia pada umumnya dan di Jawa Timur khususnya,
perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang
memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan
intervensi dini penyimpangan perkembangan. Selain itu, berbagai faktor
lingkungan yang dapat mengganggu perkembangan
anak juga perlu dieliminasi (Jinan, 2015).
Menurut Depkes RI (2012) menyatakan bahwa 14% balita Indonesia
mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan
kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
Pada tahun 2010 di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo di Surabaya, dijumpai 133 kasus
pada anak dan remaja dengan gangguan perkembangan motorik kasar maupun halus
(Suryawan, 2010).
Hasil studi pendahuluan di TK Mentari melalui wawancara dengan
Kepala Sekolah diketahui bahwa dari 5 orang anak, terdapat 2 anak yang
mengalami ganguan sosial kemandirian, anak cenderung pendiam, menyendiri dan
bergantung kepada orang tuanya sedangkan 3 orang anak lainnya tidak ada
gangguan perkembangan.
Faktor penyebab terganggunya perkembangan anak pra sekolah yaitu
karena faktor intrinsik dan ekstrinsik serta faktor pendukung. Faktor
instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan
terjadinya penyakit pada anak, yaitu kelainan kromosom sindorm down/ turner,
kelainan pada sistem endokrin misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan
hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya, kerusakan otak, kelainan
sistem jantung, pernafasan, anemia atau penyakit darah lainnya, kelainan pada
sistem pencernaan, ras, etnis, bangsa, jenis kelamin, umur, dan faktor
ekstrinsik yang meliputi faktor
psikologis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau
tekanan dari orang tua, pola asuh orang tua), depresi, faktor ekonomi, faktor
lingkungan sedangkan faktor pendukung yaitu terpenuhinya kebutuhan gizi pada
anak, peran aktif orang tua, lingkungan yang merangsang semua aspek
perkembangan anak, peran aktif anak, pendidikan orang tua (Soetjiningsih,
2005).
Akibat terganggunya perkembangan pada anak pra sekolah yaitu pada
umur tertentu anak tidak dapat menguasai tugas perkembangan yang diharapkan
kelompok sosialnya, anak tidak dapat melakukan gerak tertentu dan anak akan
terhambat dalam mengakses sumber-sumber eksternal serta regulasi emosi dan
kecerdasan serta terganggunya interaksi sosial dengan orang lain (Azizahnur,
2012). Selain itu, akibat tidak terpantaunya perkembangan anak balita oleh
orang tua balita, mengakibatkan orang tua tidak mengetahui apakah perkembangan
anaknya dalam keadaan normal atau tidak.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan perkembangan anak
pra sekolah salah satunya dengan memenuhi kebutuhan anak pra sekolah dalam kebutuhan
asuh. Dalam hal pola asuh, orang tua mempunyai cara tersendiri dalam mengasuh
dan membimbing anaknya. Cara dan pola tersebut akan berbeda antara orang tua
satu dengan orang tua yang lainnya. Kebutuhan pola asuh yang dapat diberikan
orang tua pada anak yaitu dengan cara memberikan perhatian, peraturan,
disiplin, hadiah, hukuman serta tanggapan keinginan anaknya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini sangat penting
untuk dilakukan penelitian, dan memberikan manfaat bagi institusi pendidikan,
profesi kebidanan, responden, tempat penelitian. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambi Rampak Lor Kecamatan
Kota Anyar Kabupaten Probolinggo”.
2.
METODE PENELITIAN
Desain yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana
peneliti akan bekerja dengan angka-angka sebagai perwujudan atas sesuatu yang
diamati atau diteliti. Rancangan penelitian ini analitik korelasional, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen, dengan pendekatan crossectional
dimana data dikumpulkan pada waktu yang sama (Hidayat, 2007). Jenis uji
statistik Spearman Rank.
Populasi penelitian
ini adalah Seluruh ibu dan anak pra sekolah di TK Mentari Tahun 2015. Sampel
penelitian ini yaitu sebagian ibu dan anak pra sekolah sejumlah 50 responden.
Teknik sampling penelitian ini yaitu purposive
sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket dan
lembar observasi DDTK Denver II.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Distribusi Frekuensi Orang Tua Responden
Berdasarkan Umur
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Orang Tua Responden Berdasarkan Umur di TK
Mentari Desa Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Umur
(Tahun)
|
Frekuensi
|
%
|
<20
|
0
|
0
|
20-40
|
45
|
90
|
40-60
|
5
|
10
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa hampir seluruh orang tua
responden yaitu 45 orang (90%) memiliki umur antara 20-40 tahun.
Distribusi
Frekuensi Orang Tua Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel
2
Distribusi
Frekuensi Orang Tua Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di TK Mentari Desa
Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Tingkat
Pendidikan
|
Frekuensi
|
%
|
SD
|
16
|
32
|
SMP
|
21
|
42
|
SMA
|
11
|
22
|
PT
|
2
|
4
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa hampir setengah orang tua
responden memiliki tingkat pendidikan SMP sebanyak 21 orang (42%) dan SD
sebanyak 16 orang (32%).
Distribusi
Frekuensi Orang Tua Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel
3
Distribusi
Frekuensi Orang Tua Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di TK Mentari Desa
Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Status
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
%
|
IRT
|
42
|
84
|
Swasta
|
1
|
2
|
Wiraswasta
|
7
|
14
|
TTNI/
POLRI
|
0
|
0
|
PNS
|
0
|
0
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Berdasarkan
tabel 3 diketahui bahwa hampir seluruhnya status pekerjaan orang tua responden
yaitu 42 orang (84%) sebagai ibu rumah tangga (IRT).
Pola
Asuh Orang Tua Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak Lor Kecamatan
Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
Tabel
4
Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua Anak Pra Sekolah di TK Mentari
Desa Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Pola
Asuh
|
Frekuensi
|
%
|
Otoriter
|
0
|
0
|
Demokratis
|
44
|
88
|
Permisif
|
6
|
12
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa hampir seluruhnya pola asuh
orang tua responden yaitu 44 orang (88%) menerapkan pola asuh demokratis dan
hanya sebagian kecil orang tua responden yaitu 6 orang (12%) menerapkan pola
asuh permisif.
Perkembangan
Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar
Kabupaten Probolinggo.
Tabel
5
Distribusi Frekuensi Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa
Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Perkembangan
|
Frekuensi
|
%
|
Abnormal
|
6
|
12
|
Meragukan
|
10
|
20
|
Normal
|
34
|
68
|
Tidak
dapat diuji
|
0
|
0
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar perkembangan
anak pra sekolah yaitu 34 (68%) memiliki perkembangan normal dan hanya sebagian
kecil anak pra sekolah yaitu 6 (12%) yang memiliki perkembangan abnormal.
Tabel
Silang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK Mentari
Desa Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
Tabel
6
Tabel Silang Hubungan Pola
Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak
Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Pola
Asuh Orang Tua
|
Perkembangan
Anak Pra Sekolah
|
Total
|
||||||||
Abnormal
|
Meragukan
|
Normal
|
Tidak
dapat diuji
|
|||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Otoriter
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Demokratis
|
4
|
66,7
|
7
|
70
|
33
|
97
|
0
|
0
|
44
|
88
|
Permisif
|
2
|
33,3
|
3
|
30
|
1
|
3
|
0
|
0
|
6
|
12
|
Jumlah
|
6
|
100
|
10
|
100
|
34
|
100
|
0
|
0
|
50
|
100
|
p value = 0,04 α = 0,05
|
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa hampir seluruh orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis, memiliki perkembangan anak yang normal yaitu
sebanyak 33 orang (97%), sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh
permisif, cenderung memiliki perkembangan anak yang abnormal yaitu sebanyak 2
orang (33,3%).
PEMBAHASAN
Pola
Asuh Orang Tua Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak Lor Kecamatan
Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa hampir seluruhnya pola asuh
orang tua responden yaitu 44 orang (88%) menerapkan pola asuh demokratis dan
hanya sebagian kecil orang tua responden yaitu 6 orang (12%) menerapkan pola
asuh permisif.
Pola
asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dirasakan oleh anak, dari segi negatif
maupun positif. Pola asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda, hal ini
tergantung pandangan dari tiap orang tua
(Baumrind, 1967 dalam Naibaho, 2012). Jenisnya dibagi menjadi pola asuh
otoriter, demokratis dan permisif (Silalahi, 2014).
Orang
tua yang menerapkan pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik
anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan
teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan
kooperatif terhadap orang lain, sedangkan yang menerapkan pola asuh otoriter
akan menghasilkan karakteristik anak penakut, pendiam, tertutup, tidak
berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas
dan menarik diri. Demikian pula orang tua yang menerapkan pola asuh permisif
akan menghasilkan karakteristik anak-anak impulsif, agresif, tidak patuh,
manja, kurang madiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang
sosial (Petranto, 2006).
Sedangkan
faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu, umur orang tua,
keterlibatan orang tua, pendidikan, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak,
stres orang tua, hubungan suami isteri.
Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian pada tabel 1 diketahui bahwa hampir seluruh
orang tua responden yaitu 45 orang (90%) memiliki umur antara 20-40 tahun.
Semakin matang usia orang tua, memungkinkan orang tua untuk siap secara fisik
maupun psikososial dalam membentuk rumah tangga dan menjadi orang tua.
Hasil
penelitian lainnya sesuai tabel 2 diketahui bahwa hampir setengah orang tua
responden memiliki tingkat pendidikan SMP sebanyak 21 orang (42%) dan SD
sebanyak 16 orang (32%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa hampir
setengah responden memiliki tingkat pendidikan menengah pertama. Hal ini sesuai
dengan pendapat Notoatmodjo (2005), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang, pengalaman akan semakin
bertambah, yang akan mempengaruhi orang tersebut untuk bersikap dan
berperilaku. Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan
mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan peran pengasuhan.
Hasil
penelitian berikutnya pada tabel 3 diketahui bahwa hampir seluruhnya status
pekerjaan orang tua responden yaitu 42 orang (84%) sebagai ibu rumah tangga
(IRT). Orang tua yang mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga memberikan
peluang yang lebih banyak dalam keterlibatan untuk mengasuh anaknya secara
langsung, yang dalam hal ini juga mempengaruhi pola asuh orang tua akan asih
dan asah.
Perkembangan
Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar
Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar perkembangan
anak pra sekolah yaitu 34 (68%) memiliki perkembangan normal dan hanya sebagian
kecil anak pra sekolah yaitu 6 (12%) yang memiliki perkembangan abnormal.
Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih lengkap, memiliki pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Dalam
hal ini menyangkut proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2005).
Sedangkan faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak yaitu Faktor
instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan
terjadinya penyakit pada anak, yaitu kelainan kromosom sindorm down/ turner,
kelainan pada sistem endokrin misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan
hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya, kerusakan otak, kelainan
sistem jantung, pernafasan, anemia atau penyakit darah lainnya, kelainan pada
sistem pencernaan, ras, etnis, bangsa, jenis kelamin, umur, dan faktor
ekstrinsik yang meliputi faktor
psikologis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau
tekanan dari orang tua, pola asuh orang tua), depresi, faktor ekonomi, faktor
lingkungan sedangkan faktor pendukung yaitu terpenuhinya kebutuhan gizi pada
anak, peran aktif orang tua, lingkungan yang merangsang semua aspek
perkembangan anak, peran aktif anak, pendidikan orang tua (Soetjiningsih,
2005).
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian tabel 3 diketahui
bahwa hampir seluruhnya status pekerjaan orang tua responden yaitu 42 orang
(84%) sebagai ibu rumah tangga (IRT). Orang tua yang mempunyai pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga memberikan peluang yang lebih banyak dalam
keterlibatan untuk mengasuh anaknya secara langsung, yang dalam hal ini juga
mempengaruhi pola asuh, asih dan asah.
Hubungan
Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa
Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa hampir seluruh orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis, memiliki perkembangan anak yang normal yaitu
sebanyak 33 orang (97%), sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh
permisif, cenderung memiliki perkembangan anak yang abnormal yaitu sebanyak 2
orang (33,3%).
Hasil analisis data penelitian dengan rumus Spearman Rank, diperoleh hasil p value = 0,04 pada α = 0,05 sehingga menolak H0 yang berarti bahwa
Ada hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK
Mentari Desa Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
Hasil penelitian tersebut diatas sesuai dengan pendapat Notoatmodjo
(2005) bahwa faktor yang mempengaruhi pola asuh yaitu umur orang tua,
keterlibatan orang tua, pendidikan, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak,
stres orang tua, hubungan suami isteri. Hal ini juga sejalan menurut
Soetjiningsih (2005) bahwa terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi
perkembangan anak, yaitu faktor
psikologis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau
tekanan dari orang tua, pola asuh orang tua), depresi, faktor ekonomi, faktor
lingkungan sedangkan faktor pendukung yaitu terpenuhinya kebutuhan gizi pada
anak, peran aktif orang tua, lingkungan yang merangsang semua aspek
perkembangan anak, peran aktif anak, pendidikan orang tua.
Hal ini sesuai menurut pendapat
Petranto (2006) bahwa Orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi
stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan kooperatif terhadap orang
lain, sedangkan yang menerapkan pola asuh otoriter akan menghasilkan
karakteristik anak penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar
menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
Demikian pula orang tua yang menerapkan pola asuh permisif akan menghasilkan
karakteristik anak-anak impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang madiri,
mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang sosial yang hal ini
dapat mempengaruhi perkembangan anak.
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Hampir seluruhnya
pola asuh orang tua responden yaitu 44 orang (88%) menerapkan pola asuh
demokratis dan hanya sebagian kecil orang tua responden yaitu 6 orang (12%)
menerapkan pola asuh permisif.
Sebagian besar
perkembangan anak pra sekolah yaitu 34 (68%) memiliki perkembangan normal dan
hanya sebagian kecil anak pra sekolah yaitu 6 (12%) yang memiliki perkembangan
abnormal.
Ada hubungan Pola
Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak
Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
SARAN
Sebaiknya orang tua
menerapkan pola asuh demokratis dalam mendidik, mengasuh anaknya dan pentingnya
keterlibatan orang tua secara langsung dalam mengasuh anaknya sendiri dengan
tetap memberikan stimulasi atau asah setiap saat dengan pengawasan dan
bimbingan orang tua dan dengan tetap menghargai hak anak.
5.
UCAPAN TERIMAKASIH
Rasa terimakasih kami sampaikan kepada kepala sekolah TK Mentari
Desa Sambirampak Lor, mahasiswi Prodi D IV Bidan Pendidik yang telah mendukung
penelitian ini dan STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong yang telah
memberikan bantuan biaya penelitian.
6.
REFERENSI
Depkes RI. (2005). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar, Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Depkes RI.
Fatimah, L. (2010). Hubungan Pola Asuh dengan Perkembangan Anak di R.A Darussalam Desa
Sumber Mulyo, Jombang: FIK UNIPDU.
Hurlock, E. B. (1995). Psikologi Perkembangan Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga.
Moersintowarti, B. N. (2010). Prinsip Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak, Surabaya: Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja
FK-UNAIR/RSU Dr. Soetomo.
Singgih, G. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Gunung Mulia
Soetjiningsih, dkk. (2002). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja,
Jakarta: EGC.
Solichin, dkk. (2001). Pola ASUH yang Mendukung Perkembangan Anak. Jakarta: Dirjen
BinKesMas.
Suryawan, A, dkk. (2010). Deteksi
Dini Tanda dan Gejala Penyimpangan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak,
Surabaya: IDAI Jatim.
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN
PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH DI TK MENTARI DESA SAMBI RAMPAK LOR KECAMATAN
KOTA ANYAR KABUPATEN PROBOLINGGO
WIDIA SHOFA ILMIAH1); FIFIN MAULIDATUL AZIZAH 2); NINA
SUKMA AMELIA3)
1 Program Studi D
IV Bidan Pendidik, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hafshawaty Zainul Hasan
1 Email:
widiailmiah@yahoo.com
2 Program Studi D
IV Bidan Pendidik, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hafshawaty Zainul Hasan
ABSTRAK
Periode lima tahun pertama kehidupan merupakan
masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan berlangsung sangat pendek serta
tidak dapat diulang lagi, maka masa tersebut disebut “masa keemasan” (golden
period). Menurut Depkes RI (2012) menyatakan bahwa 14% balita Indonesia
mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan
kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
Hasil studi pendahuluan di TK Mentari diketahui dari 5 anak, terdapat dua anak
mengalami gangguan perkembangan sosial kemandirian. Faktor penyebabnya seluruhnya
karena faktor ekstrinsik meliputi pola asuh orang tua, faktor ekonomi,
lingkungan, gizi anak. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan anak pra sekolah di TK Mentari
Desa Sambi Rampak Lor Kecamatan Kota Anyar
Kabupaten Probolinggo. Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif
jenis analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi yaitu seluruh
ibu dan anak pra sekolah di TK Mentari Tahun 2015. Sampel yaitu sebagian ibu
dan anak pra sekolah sejumlah 50 responden. Teknik sampling yaitu purposive
sampling dengan uji statistik Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan p
value 0,04 < α (0,05), sehingga H0 di
tolak. Kesimpulan yaitu ada hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan
anak pra sekolah di TK Mentari Desa Sambi Rampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
Kata Kunci : Pola Asuh,
Perkembangan, Anak Pra Sekolah
ABSTRACT
The period of the first five years of
lifeis highly sensitive to environment and very quickly moment and can be
repeated, so this period mention is golden period. The departement of health
says a number of 14% of toddler is impaired development, aboth fine motoric and
gross motoric, hearing disorder, under intelegence, speech delay. The result of
preliminary of this study from 5 children,have 2 children have social
independence disorder. Factors causing of this, all influence external factors,
that is parenting, economic, environment, nutrition. Objective of this study is
to know association of parenting and development in pre school children in
Mentari Pre School North Sambi rampak village, Kotaanyar, Probolinggo district.
This study use kuantitative study with analytic correlational and crosssectional approach. The population is
all mother and pre school children in Mentari Pre School 2015. Sample of this
study is some mother and pre school children a number of 50 person. Sampling is
purposive sampling with spearman rank test. The result shows that p value
0,04 < α (0,05),so Ho is reject.The conclution is there correlation of parenting and development in pre school
children in Mentari Pre School North Sambi rampak village, Kotaanyar,
Probolinggo district.
Key words: parenting, development, pre school
children.
1.
PENDAHULUAN
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih lengkap, memiliki pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Dalam hal ini menyangkut
proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya
(Soetjiningsih, 2005).
Periode penting dalam perkembangan anak adalah pada masa balita,
termasuk masa anak pra sekolah (Soetjiningsih, 2005). Anak pra sekolah adalah
anak yang mempunyai rentang usia 3-5 tahun (Wong, 2008). Periode lima tahun
pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan
berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa tersebut
disebut “masa keemasan” (golden period) (Suryawan, 2010).
Selain itu, pada lima tahun pertama seorang anak terbentuk
dasar-dasar kepribadian manusia, kemampuan penginderaan, berpikir, kemampuan
bahasa, berbicara, bertingkah laku sosial, perkembangan motorik kasar dan motorik
halus serta kualitas perkembangan pada masa anak khususnya anak pra sekolah
sangat menentukan banyak aspek kehidupan, baik itu aspek kesehatan, aspek
prestasi belajar, aspek intelektualitas, aspek produkstivitas di kemudian hari
(Suryawan, 2010).
Berdasarkan data Pusdatin Kemenkes RI (2014), jumlah anak pra
sekolah di Indonesia sangat besar, yaitu sekitar 9.679.481 sedangkan di
Propinsi Jawa Timur sendiri jumlah anak pra sekolah sebesar 1.218.756.
Berdasarkan data tersebut, sebagai calon generasi penerus bangsa, kualitas
perkembangan balita di Indonesia pada umumnya dan di Jawa Timur khususnya,
perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang
memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan
intervensi dini penyimpangan perkembangan. Selain itu, berbagai faktor
lingkungan yang dapat mengganggu perkembangan
anak juga perlu dieliminasi (Jinan, 2015).
Menurut Depkes RI (2012) menyatakan bahwa 14% balita Indonesia
mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan motorik halus dan
kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan bicara.
Pada tahun 2010 di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo di Surabaya, dijumpai 133 kasus
pada anak dan remaja dengan gangguan perkembangan motorik kasar maupun halus
(Suryawan, 2010).
Hasil studi pendahuluan di TK Mentari melalui wawancara dengan
Kepala Sekolah diketahui bahwa dari 5 orang anak, terdapat 2 anak yang
mengalami ganguan sosial kemandirian, anak cenderung pendiam, menyendiri dan
bergantung kepada orang tuanya sedangkan 3 orang anak lainnya tidak ada
gangguan perkembangan.
Faktor penyebab terganggunya perkembangan anak pra sekolah yaitu
karena faktor intrinsik dan ekstrinsik serta faktor pendukung. Faktor
instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan
terjadinya penyakit pada anak, yaitu kelainan kromosom sindorm down/ turner,
kelainan pada sistem endokrin misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan
hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya, kerusakan otak, kelainan
sistem jantung, pernafasan, anemia atau penyakit darah lainnya, kelainan pada
sistem pencernaan, ras, etnis, bangsa, jenis kelamin, umur, dan faktor
ekstrinsik yang meliputi faktor
psikologis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau
tekanan dari orang tua, pola asuh orang tua), depresi, faktor ekonomi, faktor
lingkungan sedangkan faktor pendukung yaitu terpenuhinya kebutuhan gizi pada
anak, peran aktif orang tua, lingkungan yang merangsang semua aspek
perkembangan anak, peran aktif anak, pendidikan orang tua (Soetjiningsih,
2005).
Akibat terganggunya perkembangan pada anak pra sekolah yaitu pada
umur tertentu anak tidak dapat menguasai tugas perkembangan yang diharapkan
kelompok sosialnya, anak tidak dapat melakukan gerak tertentu dan anak akan
terhambat dalam mengakses sumber-sumber eksternal serta regulasi emosi dan
kecerdasan serta terganggunya interaksi sosial dengan orang lain (Azizahnur,
2012). Selain itu, akibat tidak terpantaunya perkembangan anak balita oleh
orang tua balita, mengakibatkan orang tua tidak mengetahui apakah perkembangan
anaknya dalam keadaan normal atau tidak.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan perkembangan anak
pra sekolah salah satunya dengan memenuhi kebutuhan anak pra sekolah dalam kebutuhan
asuh. Dalam hal pola asuh, orang tua mempunyai cara tersendiri dalam mengasuh
dan membimbing anaknya. Cara dan pola tersebut akan berbeda antara orang tua
satu dengan orang tua yang lainnya. Kebutuhan pola asuh yang dapat diberikan
orang tua pada anak yaitu dengan cara memberikan perhatian, peraturan,
disiplin, hadiah, hukuman serta tanggapan keinginan anaknya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini sangat penting
untuk dilakukan penelitian, dan memberikan manfaat bagi institusi pendidikan,
profesi kebidanan, responden, tempat penelitian. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambi Rampak Lor Kecamatan
Kota Anyar Kabupaten Probolinggo”.
2.
METODE PENELITIAN
Desain yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dimana
peneliti akan bekerja dengan angka-angka sebagai perwujudan atas sesuatu yang
diamati atau diteliti. Rancangan penelitian ini analitik korelasional, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen, dengan pendekatan crossectional
dimana data dikumpulkan pada waktu yang sama (Hidayat, 2007). Jenis uji
statistik Spearman Rank.
Populasi penelitian
ini adalah Seluruh ibu dan anak pra sekolah di TK Mentari Tahun 2015. Sampel
penelitian ini yaitu sebagian ibu dan anak pra sekolah sejumlah 50 responden.
Teknik sampling penelitian ini yaitu purposive
sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu angket dan
lembar observasi DDTK Denver II.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Distribusi Frekuensi Orang Tua Responden
Berdasarkan Umur
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Orang Tua Responden Berdasarkan Umur di TK
Mentari Desa Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Umur
(Tahun)
|
Frekuensi
|
%
|
<20
|
0
|
0
|
20-40
|
45
|
90
|
40-60
|
5
|
10
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa hampir seluruh orang tua
responden yaitu 45 orang (90%) memiliki umur antara 20-40 tahun.
Distribusi
Frekuensi Orang Tua Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel
2
Distribusi
Frekuensi Orang Tua Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di TK Mentari Desa
Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Tingkat
Pendidikan
|
Frekuensi
|
%
|
SD
|
16
|
32
|
SMP
|
21
|
42
|
SMA
|
11
|
22
|
PT
|
2
|
4
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa hampir setengah orang tua
responden memiliki tingkat pendidikan SMP sebanyak 21 orang (42%) dan SD
sebanyak 16 orang (32%).
Distribusi
Frekuensi Orang Tua Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel
3
Distribusi
Frekuensi Orang Tua Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di TK Mentari Desa
Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Status
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
%
|
IRT
|
42
|
84
|
Swasta
|
1
|
2
|
Wiraswasta
|
7
|
14
|
TTNI/
POLRI
|
0
|
0
|
PNS
|
0
|
0
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Berdasarkan
tabel 3 diketahui bahwa hampir seluruhnya status pekerjaan orang tua responden
yaitu 42 orang (84%) sebagai ibu rumah tangga (IRT).
Pola
Asuh Orang Tua Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak Lor Kecamatan
Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
Tabel
4
Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua Anak Pra Sekolah di TK Mentari
Desa Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Pola
Asuh
|
Frekuensi
|
%
|
Otoriter
|
0
|
0
|
Demokratis
|
44
|
88
|
Permisif
|
6
|
12
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa hampir seluruhnya pola asuh
orang tua responden yaitu 44 orang (88%) menerapkan pola asuh demokratis dan
hanya sebagian kecil orang tua responden yaitu 6 orang (12%) menerapkan pola
asuh permisif.
Perkembangan
Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar
Kabupaten Probolinggo.
Tabel
5
Distribusi Frekuensi Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa
Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Perkembangan
|
Frekuensi
|
%
|
Abnormal
|
6
|
12
|
Meragukan
|
10
|
20
|
Normal
|
34
|
68
|
Tidak
dapat diuji
|
0
|
0
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar perkembangan
anak pra sekolah yaitu 34 (68%) memiliki perkembangan normal dan hanya sebagian
kecil anak pra sekolah yaitu 6 (12%) yang memiliki perkembangan abnormal.
Tabel
Silang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK Mentari
Desa Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
Tabel
6
Tabel Silang Hubungan Pola
Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak
Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Pola
Asuh Orang Tua
|
Perkembangan
Anak Pra Sekolah
|
Total
|
||||||||
Abnormal
|
Meragukan
|
Normal
|
Tidak
dapat diuji
|
|||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|
Otoriter
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Demokratis
|
4
|
66,7
|
7
|
70
|
33
|
97
|
0
|
0
|
44
|
88
|
Permisif
|
2
|
33,3
|
3
|
30
|
1
|
3
|
0
|
0
|
6
|
12
|
Jumlah
|
6
|
100
|
10
|
100
|
34
|
100
|
0
|
0
|
50
|
100
|
p value = 0,04 α = 0,05
|
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa hampir seluruh orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis, memiliki perkembangan anak yang normal yaitu
sebanyak 33 orang (97%), sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh
permisif, cenderung memiliki perkembangan anak yang abnormal yaitu sebanyak 2
orang (33,3%).
PEMBAHASAN
Pola
Asuh Orang Tua Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak Lor Kecamatan
Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa hampir seluruhnya pola asuh
orang tua responden yaitu 44 orang (88%) menerapkan pola asuh demokratis dan
hanya sebagian kecil orang tua responden yaitu 6 orang (12%) menerapkan pola
asuh permisif.
Pola
asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak bersifat relatif
konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dirasakan oleh anak, dari segi negatif
maupun positif. Pola asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda, hal ini
tergantung pandangan dari tiap orang tua
(Baumrind, 1967 dalam Naibaho, 2012). Jenisnya dibagi menjadi pola asuh
otoriter, demokratis dan permisif (Silalahi, 2014).
Orang
tua yang menerapkan pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik
anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan
teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan
kooperatif terhadap orang lain, sedangkan yang menerapkan pola asuh otoriter
akan menghasilkan karakteristik anak penakut, pendiam, tertutup, tidak
berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas
dan menarik diri. Demikian pula orang tua yang menerapkan pola asuh permisif
akan menghasilkan karakteristik anak-anak impulsif, agresif, tidak patuh,
manja, kurang madiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang
sosial (Petranto, 2006).
Sedangkan
faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu, umur orang tua,
keterlibatan orang tua, pendidikan, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak,
stres orang tua, hubungan suami isteri.
Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian pada tabel 1 diketahui bahwa hampir seluruh
orang tua responden yaitu 45 orang (90%) memiliki umur antara 20-40 tahun.
Semakin matang usia orang tua, memungkinkan orang tua untuk siap secara fisik
maupun psikososial dalam membentuk rumah tangga dan menjadi orang tua.
Hasil
penelitian lainnya sesuai tabel 2 diketahui bahwa hampir setengah orang tua
responden memiliki tingkat pendidikan SMP sebanyak 21 orang (42%) dan SD
sebanyak 16 orang (32%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwa hampir
setengah responden memiliki tingkat pendidikan menengah pertama. Hal ini sesuai
dengan pendapat Notoatmodjo (2005), bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang
maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan seseorang, pengalaman akan semakin
bertambah, yang akan mempengaruhi orang tersebut untuk bersikap dan
berperilaku. Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan
mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan peran pengasuhan.
Hasil
penelitian berikutnya pada tabel 3 diketahui bahwa hampir seluruhnya status
pekerjaan orang tua responden yaitu 42 orang (84%) sebagai ibu rumah tangga
(IRT). Orang tua yang mempunyai pekerjaan sebagai ibu rumah tangga memberikan
peluang yang lebih banyak dalam keterlibatan untuk mengasuh anaknya secara
langsung, yang dalam hal ini juga mempengaruhi pola asuh orang tua akan asih
dan asah.
Perkembangan
Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar
Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar perkembangan
anak pra sekolah yaitu 34 (68%) memiliki perkembangan normal dan hanya sebagian
kecil anak pra sekolah yaitu 6 (12%) yang memiliki perkembangan abnormal.
Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih lengkap, memiliki pola
yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Dalam
hal ini menyangkut proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya (Soetjiningsih, 2005).
Sedangkan faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak yaitu Faktor
instrinsik yang mempengaruhi kegagalan berkembang terutama berkaitan dengan
terjadinya penyakit pada anak, yaitu kelainan kromosom sindorm down/ turner,
kelainan pada sistem endokrin misalnya kekurangan hormon tiroid, kekurangan
hormon pertumbuhan atau kekurangan hormon lainnya, kerusakan otak, kelainan
sistem jantung, pernafasan, anemia atau penyakit darah lainnya, kelainan pada
sistem pencernaan, ras, etnis, bangsa, jenis kelamin, umur, dan faktor
ekstrinsik yang meliputi faktor
psikologis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau
tekanan dari orang tua, pola asuh orang tua), depresi, faktor ekonomi, faktor
lingkungan sedangkan faktor pendukung yaitu terpenuhinya kebutuhan gizi pada
anak, peran aktif orang tua, lingkungan yang merangsang semua aspek
perkembangan anak, peran aktif anak, pendidikan orang tua (Soetjiningsih,
2005).
Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian tabel 3 diketahui
bahwa hampir seluruhnya status pekerjaan orang tua responden yaitu 42 orang
(84%) sebagai ibu rumah tangga (IRT). Orang tua yang mempunyai pekerjaan
sebagai ibu rumah tangga memberikan peluang yang lebih banyak dalam
keterlibatan untuk mengasuh anaknya secara langsung, yang dalam hal ini juga
mempengaruhi pola asuh, asih dan asah.
Hubungan
Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa
Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa hampir seluruh orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis, memiliki perkembangan anak yang normal yaitu
sebanyak 33 orang (97%), sedangkan orang tua yang menerapkan pola asuh
permisif, cenderung memiliki perkembangan anak yang abnormal yaitu sebanyak 2
orang (33,3%).
Hasil analisis data penelitian dengan rumus Spearman Rank, diperoleh hasil p value = 0,04 pada α = 0,05 sehingga menolak H0 yang berarti bahwa
Ada hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK
Mentari Desa Sambirampak Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
Hasil penelitian tersebut diatas sesuai dengan pendapat Notoatmodjo
(2005) bahwa faktor yang mempengaruhi pola asuh yaitu umur orang tua,
keterlibatan orang tua, pendidikan, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak,
stres orang tua, hubungan suami isteri. Hal ini juga sejalan menurut
Soetjiningsih (2005) bahwa terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi
perkembangan anak, yaitu faktor
psikologis dan sosial (misalnya tekanan emosional akibat penolakan atau
tekanan dari orang tua, pola asuh orang tua), depresi, faktor ekonomi, faktor
lingkungan sedangkan faktor pendukung yaitu terpenuhinya kebutuhan gizi pada
anak, peran aktif orang tua, lingkungan yang merangsang semua aspek
perkembangan anak, peran aktif anak, pendidikan orang tua.
Hal ini sesuai menurut pendapat
Petranto (2006) bahwa Orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi
stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan kooperatif terhadap orang
lain, sedangkan yang menerapkan pola asuh otoriter akan menghasilkan
karakteristik anak penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar
menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
Demikian pula orang tua yang menerapkan pola asuh permisif akan menghasilkan
karakteristik anak-anak impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang madiri,
mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang sosial yang hal ini
dapat mempengaruhi perkembangan anak.
4.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Hampir seluruhnya
pola asuh orang tua responden yaitu 44 orang (88%) menerapkan pola asuh
demokratis dan hanya sebagian kecil orang tua responden yaitu 6 orang (12%)
menerapkan pola asuh permisif.
Sebagian besar
perkembangan anak pra sekolah yaitu 34 (68%) memiliki perkembangan normal dan
hanya sebagian kecil anak pra sekolah yaitu 6 (12%) yang memiliki perkembangan
abnormal.
Ada hubungan Pola
Asuh Orang Tua dan Perkembangan Anak Pra Sekolah di TK Mentari Desa Sambirampak
Lor Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
SARAN
Sebaiknya orang tua
menerapkan pola asuh demokratis dalam mendidik, mengasuh anaknya dan pentingnya
keterlibatan orang tua secara langsung dalam mengasuh anaknya sendiri dengan
tetap memberikan stimulasi atau asah setiap saat dengan pengawasan dan
bimbingan orang tua dan dengan tetap menghargai hak anak.
5.
UCAPAN TERIMAKASIH
Rasa terimakasih kami sampaikan kepada kepala sekolah TK Mentari
Desa Sambirampak Lor, mahasiswi Prodi D IV Bidan Pendidik yang telah mendukung
penelitian ini dan STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong yang telah
memberikan bantuan biaya penelitian.
6.
REFERENSI
Depkes RI. (2005). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar, Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta: Depkes RI.
Fatimah, L. (2010). Hubungan Pola Asuh dengan Perkembangan Anak di R.A Darussalam Desa
Sumber Mulyo, Jombang: FIK UNIPDU.
Hurlock, E. B. (1995). Psikologi Perkembangan Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga.
Moersintowarti, B. N. (2010). Prinsip Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak, Surabaya: Divisi Tumbuh Kembang Anak dan Remaja
FK-UNAIR/RSU Dr. Soetomo.
Singgih, G. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: Gunung Mulia
Soetjiningsih, dkk. (2002). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja,
Jakarta: EGC.
Solichin, dkk. (2001). Pola ASUH yang Mendukung Perkembangan Anak. Jakarta: Dirjen
BinKesMas.
Suryawan, A, dkk. (2010). Deteksi
Dini Tanda dan Gejala Penyimpangan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak,
Surabaya: IDAI Jatim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar